BEDUG MERIAH Diskon 95%
Belajar Data 6 BULAN Bersertifikat hanya Rp150K!

0 Hari 3 Jam 2 Menit 56 Detik

Penerapan Algoritma Unsupervised Learning Pada Spotify

Belajar Data Science di Rumah 08-Maret-2021
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/fd7c929c21c2fe60c2aba8d333cc99b6_x_Thumbnail800.png

Siapa yang tidak kenal dengan Spotify? Pasti sahabat data sudah akrab dengan layanan streaming musik yang satu ini dong. Layanan streaming audio terpopuler asal Swedia ini mulai mengudara dan diluncurkan pada Oktober 2008. Spotify merupakan sebuah platform musik yang menyajikan hiburan musik legal secara online maupun streaming. Melalui spotify, pengguna dapat mendengarkan musik dari berbagai genre dan artis baik lokal maupun mancanegara. Spotify menawarkan model premium yang terdiri dari dua model berlangganan, yaitu gratis dan premium. Pengguna gratis dan premium mendapatkan kualitas layanan yang berbeda, Spotify Premium dapat menghapus iklan, meningkatkan kualitas audio dan memungkinkan pengguna untuk mengunduh musik untuk dinikmati secara offline. Sedangkan Spotify gratis tidak disediakan fitur tersebut. Saat ini, Spotify tersedia untuk platform desktop (Windows XP, Vista, 7, 8 dan 10, Mac OS X 10.5) dan mobile (Android, iOS, Symbian, BlackBerry OS, Windows Phone 7/8, Windows Mobile 6.0, dan WebOS).


Tapi, apakah kalian tahu sahabat data? Ternyata dibalik popularitas Spotify yang kian menanjak diiringi juga dengan pemanfaatannya di bidang data science. Salah satunya penggunaan machine learning yaitu algoritma unsupervised learning. Bukan rahasia lagi, tentunya Spotify menggunakan data yang mereka miliki untuk menghasilkan fitur bagi penggunanya. Algoritma unsupervised learning dinilai tepat untuk menemukan rekomendasi lagu terfavorit dan genre kesukaan kita loh sahabat data. Hal ini dibuktikan dengan sudut pandang pengguna menyusun daftar putar lagunya yang disesuaikan dengan rekomendasi Spotify yang muncul berulang kali. Dengan demikian, rekomendasi ini tentunya akan menimbulkan kecenderungan pengguna atau user dalam memilih lagu-lagu mana saja yang akan didengarkan. Oleh karena itu, Spotify menawarkan fitur-fitur yang disediakan seperti fitur audio, playlist berdasarkan genre, sharing playlist kepada pengguna lainnya dan bisa memunculkan lirik lagu dari lagu yang kita dengarkan. Pada artikel DQLab kali ini, kita akan membahas mengenai penerapan algoritma unsupervised learning pada aplikasi streaming music yaitu Spotify. Pastinya kalian akan terheran-heran bagaimana bisa Spotify mendapatkan rekomendasi lagunya tepat sesuai dengan genre kesukaan kalian. Artikel ini tentunya menjawab rasa penasaran kamu. Jadi, pastikan simak baik-baik, stay tune and keep scrolling on this article guys!


1.Fitur Yang Disediakan Spotify

Sebelum kita membahas lebih jauh, kita akan bahas fitur-fitur yang disediakan dan sering diabadikan oleh pengguna spotify. Setiap hari Senin, Spotify akan mengeluarkan playlist baru yang berisi 30 lagu baru yang belum pernah kalian dengar bernama Discover Weekly. 30 lagu ini tidak dipilih secara asal, melainkan dipilih berdasarkan artis favorit kamu. Tetapi, fitur ini tidak berhenti disitu saja. Discover Weekly mempunyai kekuatan untuk merekomendasikan artis baru berdasarkan tipe lagu yang kamu dengar, atau bahkan dari halaman artis yang kamu kunjungi. Di belakang semua ini terdapat sebuah teknologi yang menggabungkan antara Artificial Intelligence maupun algoritma yang mengumpulkan dan menganalisa semua data yang diperlukan. Walaupun dari 30 lagu ini tidak 100% akan kamu sukai, pasti ada beberapa lagu yang nyantol dan easy listening di telinga kalian. Jika  kalian sudah pernah mencobanya, yakin deh kalau misalnya lagu yang direkomendasikan akan cocok dengan pilihan musik genre kamu. 


Selain itu, fitur lainnya adalah Spotify Wrapped. Spotify Wrapped adalah landing page yang berisi statistik yang sudah dipersonalisasikan khusus untuk kamu. Pada setiap akhir tahunnya, Spotify akan mengeluarkan data ini yang memberitahu berapa lama kamu mendengarkan musik. Tak hanya itu, ia juga memberikan data artis favorit dan top genre lagu yang kamu sering dengar. Spotify telah menghasilkan grafik yang bertampilan menarik dengan bantuannya Data Analysis dan Data Visualization. Spotify Wrapped menjadi kampanye marketing tersukses Spotify karena uniknya data ini membuat kamu berinisiatif untuk membagikannya di media sosialmu. Tentunya, setiap tahunnya kalian mengekspresikan hasil dari analitik Spotify ini melalui Instagram kepada teman-teman saya. Bagi kamu para pengguna Spotify juga saya yakin pasti pernah juga share hasil akhir tahun Spotify Wrapped kamu setidaknya ke keluarga atau teman dekat kamu untuk menjadi topik obrolan bahwa inilah lagu-lagu yang pernah saya dengarkan selama setahun belakangan ini


Baca juga : 3 Jenis Algoritma Machine Learning yang Dapat Digunakan di Dunia Perbankan


2.Penerapan Algoritma Unsupervised Learning Pada Spotify

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriani pada tahun 2020, penentuan rekomendasi musik maupun genre kesukaan dapat menggunakan algoritma unsupervised learning. Salah satu penggunaan algoritma unsupervised learning dalam analisis rekomendasi musik spotify adalah clustering. Cluster analisis difokuskan tentang lagu Global Top 50 yang disediakan oleh Spotify dengan delapan atribut. Fokus delapan atribut ini disesuaikan dari fitur yang disediakan Spotify meliputi danceability, energy, accousticness, instrumentalness, liveness, loudness, liveness, speechiness, tempo, dan valence. Hasil klasterisasi ini akan memungkinkan layanan streaming music dapat merekomendasikan playlist yang disesuaikan lebih baik. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi waktu pencarian dan meningkatkan kepuasan penggunanya. Temuannya juga akan mengarah pada upaya pemasaran yang lebih terfokus artis untuk menarik pelanggan potensial ke music Spotify ini. 


Baca juga : Belajar Data Science: Pahami Penggunaan Machine Learning pada Python


3.Cara Spotify Mengerti Rekomendasi Musik Pengguna

Berdasarkan Forbes, menginformasikan bahwa Spotify menggunakan algoritma machine learning dan deep learning dalam penggunaannya. Cara ini dilakukan setelah Spotify melakukan akuisisi terhadap perusahaan Niland asal Prancis.  Spotify tertarik dengan basis Niland karena kemampuannya untuk mengasah rekomendasi pendengarnya dengan lebih baik. Hal tersebut dinilai menjadi salah satu pembeda dari banyak fitur yang telah membantu memisahkan Spotify dari platform streaming lainnya selama bertahun-tahun. Ini mungkin bukan satu-satunya cara Spotify menggunakan teknologi yang baru, tetapi semakin baik Spotify dalam mengetahui lagu apa yang ingin didengarkan orang lain, semakin banyak orang yang akan terus memutar musik, dan semakin banyak mereka. dapat beralih dari pengguna gratis yang didukung iklan menjadi pelanggan berbayar, yang pada akhirnya merupakan tujuan akhir dari sebuah target pemasaran yang baik oleh Spotify

4. Yuk Mulai Belajar Menjadi Data Scientist Bersama DQLab!       


Gunakan Kode Voucher "DQTRIAL", dan simak informasi di bawah ini mendapatkan 30 Hari FREE TRIAL:

  1. Buat Akun Gratis dengan Signup di DQLab.id/signup

  2. Buka academy.dqlab.id dan pilih menu redeem voucher 

  3. Redeem voucher "DQTRIAL" dan check menu my profile untuk melihat masa subscription yang sudah terakumulasi. 

  4. Selamat, akun kamu sudah terupgrade, dan kamu bisa mulai Belajar Data Science GRATIS 1 bulan.

    Penulis: Reyvan Maulid

    Editor : Annissawd


    Mulai Karier
    sebagai Praktisi
    Data Bersama
    DQLab

    Daftar sekarang dan ambil langkah
    pertamamu untuk mengenal
    Data Science.

    Buat Akun


    Atau

    Sudah punya akun? Login